Rabu, 08 Agustus 2018

KOMPOSISI CAMPURAN PADA BETON

KOMPOSISI CAMPURAN BETON


Dasar-Dasar Beton Komposisi dan Pencampuran Beton
Adukan Beton direncanakan sedemikian rupa sehingga beton yang dihasilkan dapat dengan mudah dikerjakan dengan biaya yang serendah mungkin tentu saja.
Beton harus mempunyai workabilitas yang tinggi, memiliki sifat kohesi yang tinggi saat dalam kondisi plastis (belum mengeras), sehingga beton yang dihasilkan cukup kuat dan tahan lama.
Adukan (campuran) beton harus mempertimbangkan lingkungan di mana beton tersebut akan berdiri, misalnya di lingkungan tepi laut, atau beban-beban yang berat, atau kondisi cuaca yang ekstrim.

PROPORSIONAL
Reminder: Beton adalah campuran antara semen, agregat kasar dan halus, air, dan zat aditif.
Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat. Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya rumah tinggal.
SEMEN
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton juga akan meningkat. Semen (bersama dengan air) akan membentuk pasta yang akan mengikat agregat mulai dari yang paling besar (kasar) sampai yang paling halus.
AIR
Sebaliknya, penambahan air justru akan mengurangi kekuatan beton. Air cukup digunakan untuk melarutkan semen. Air juga yang membuat adukan menjadi kohesif, dan mudah dikerjakan (workable).
RASIO AIR-SEMEN
Biasa disebut dengan w/c ratio alias water to cement ratio. Jika w/c ratio semakin besar, kekuatan dan daya tahan beton menjadi berkurang. Pada lingkungan tertentu, rasio air-semen ini dibatasi maksimal 0.40-0.50 tergantung sifat korosif atau kadar sulfat yang ada di lingkungan tersebut.
grafik
AGREGAT
agregat halus kebanyakan
Jika agregat halus terlalu banyak, maka adukannya akan terlihat “sticky“, encer, “lunak”, seperti tidak punya kekuatan. Dan setelah pemadatan, bagian atas adukan akan cenderung “kosong” alias tidak ada agregat.
agregat kasar kebanyakan
Sebaliknya, jika agregat kasar terlalu banyak, adukannya akan terlihat kasar, berbatu, kelihatan getas (rapuh). Agregat ini akan muncul di permukaan setelah dipadatkan.
PENCAMPURAN
Beton harus dicampur dan diaduk dengan baik sehingga sement, air, agregat, dan zat tambahan bisa tersebar merata di dalam adukan.
Beton biasanya dicampur dengan menggunakan mesin. Ada yang dicampur di lapangan (site) ada juga yang sudah dicampur sebelum dibawa ke lapangan, atau istilahnya ready-mix.
Untuk beton ready-mix, takarannya sudah diukur di batch plant, kemudian dicampur dan dimasukkan ke dalam truk. Selama perjalanan drum beton tersebut terus diputar agar beton tidak mengalami setting di dalam drum. Kan aneh kalau misalnya kena macet trus betonnya sudah mengeras di dalam drum. Kadang, di dalam perjalanan, bisa jadi karena lama di jalan, cuaca panas, atau kelamaan diputar, temperatur di dalam drum meningkat sehingga air menguap. Kondisi ini kadang “diakali” dengan memasukkan bongkahan es balok yang besar ke dalam drum, sehingga kadar air bisa tetap dipertahankan. Hmm.. kalo ditambah sedotan, drum truk itu bisa kita beri label “Jus Beton Segar”.
Sementara beton yang dicampur dilapangan biasanya menggunakan mesin yang dinamakan MOLEN (mirip-mirip nama sejenis gorengan pisang). Sewaktu mencampur di lapangan, agregat terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tong (molen), kemudian diikuti oleh pasir dan terakhir semen. Semuanya dalam takaran tertentu sesuai dengan mutu beton yang diinginkan.
molen beton
Ada kata pepatah: Jangan menggunakan sekop untuk menakar adukan beton untuk molen! (Padahal ini yang sering dilakukan) 
Ukuran takaran biasanya dinyatakan dalam satuan berat, sementara sekop tidak bisa mengukur berat. Jangan sampai rasio adukan 1:2:3 diartikan sebagai 1 sekop semen, 2 sekop pasir dan 3 sekop kerikil (agregat). Tentu saja hasil (mutu) yang diperoleh akan berbeda. Kecuali kalau ada sekop canggih yang bisa sekaligus mengukur berat muatannya. 
 (hmm..)
pencampuran beton
Ketika semua bahan (kecuali air) sudah masuk, moleh diputar sehingga semua bahan tercampur. Katanya sih, kalau sudah tidak ada pasir yang terlihat secara kasat mata, berarti adukannya itu sudah merata. Saat itulah dilakukan penambahan air sedikit demi sedikit.
Molen punya kapasitas (volume). Mencampur terlalu penuh juga tidak efektif karena proses pencampurannya akan memakan waktu yang lebih lama. Sebaiknya molen diisi secukupnya dulu, kemudian jika sudah jadi, seluruh isi molen dituang ke wadah sementara sebelum diangkut atau dicor ke bekisting. Sewaktu adukan beton diangkut (dicor), molen bisa bekerja lagi untuk membuat adukan berikutnya. Begitu adukan pertama sudah dituang semua, molen pun sudah selesai membuat adukan kedua, jadi tidak ada delay ketika molen bekerja.
Nah, untuk skala yang sangat kecil, beton boleh dicampur dengan menggunakan sekop. Harus dilakukan di tempat yang datar dan bersih (maksudnya bebas dari ranting, daun, sampah, dan material pengganggu lainnya). Kerikil, pasir, dan semen diaduk/dicampur dulu, kemudian dibuat seperti gundukan, dan di puncaknya digali dibuat seperti danau untuk menampung air. Jika adukan dicampur di wadah yang sisi-sisinya tertutup sehingga air bisa dibendung, nggak usah repot-repot bikin gundukan, langsung saja tuang air ke wadah tersebut. 
Sebagai penutup, kami akan berikan tabel komposisi berat semen, pasir, dan kerikil, serta volume air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton dengan mutu tertentu.
Mutu Beton
Semen (kg)
Pasir (kg)
Kerikil (kg)
Air (liter)
w/c ratio
7.4 MPa (K 100)
247
869
999
215
0.87
9.8 MPa (K 125)
276
828
1012
215
0.78
12.2 MPa (K 150)
299
799
1017
215
0.72
14.5 MPa (K 175)
326
760
1029
215
0.66
16.9 MPa (K 200)
352
731
1031
215
0.61
19.3 MPa (K 225)
371
698
1047
215
0.58
21.7 MPa (K 250)
384
692
1039
215
0.56
24.0 MPa (K 275)
406
684
1026
215
0.53
26.4 MPa (K 300)
413
681
1021
215
0.52
28.8 MPa (K 325)
439
670
1006
215
0.49
31.2 MPa (K 350)
448
667
1000
215
0.48
Referensi tabel :
SNI DT – 91- 0008 – 2007 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton, oleh Dept Pekerjaan Umum.

PPPJJR 1983

ILMU UKUR TANAH ( IUT )

ILMU UKUR TANAH

PENDAHULUAN


GEODESI MENCAKUP KAJIAN DAN PENGUKURAN LEBIH LUAS, TIDAK SEKEDAR PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI DI DARAT, NAMUN JUGA DIDASAR LAUT UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN, JUGA PENENTUAN BENTUK DAN DEMENSI BUMI BAIK DENGAN PENGUKURAN DIBUMI DAN DENGAN BANTUAN PESAWAT UDARA, MAUPUN DENGAN SATELIT DAN SISTEM INFORMASINYA.
ILMU UKUR TANAH DIDEFINISIKAN ILMU YANG MENGAJARKAN TENTANG TEKNIK-TEKNIK / CARA-CARA PENGUKURAN DIPERMUKAAN BUMI DAN BAWAH TANAH DALAM AREAL YANG TERBATAS (±20’-20’ ATAU 37 Km x 37 Km) UNTUK KEPERLUAAN PEMETAAN DLL.

MENGINGAT AREAL YANG TERBATAS , MAKA UNSUR KELENGKUNGAN PERMUKAAN BUMI DAPAT DIABAIKAN SEHINGGA SISTEM PROYEKSINYA MENGGUNAKAN PROYEKSI ORTHOGONAL DIMANA SINAR-SINAR PROYEKTOR SALING SEJAJAR ATAU SATU SAMA LAIN DAN TEGAK LURUS BIDANG PROYEKSI. SEDANGKAN PADA PETA DAPAT DIDEFINISIKAN SEBAGAI GAMBARAN DARI SEBAGIAN PERMUKAAAN BUMI PADA BIDANG DATAR DENGAN SKALA DAN SISTEM PROYEKSI TERTENTU.
UNTUK MEMUDAHKAN PENENTUAN SUATU WILAYAH, MAKA BUMI DIBATASI MENJADI GARIS BUJUR DAN GARIS LINTANG

JENIS PETA
Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.
Peta berdasarkan isinya:
    1. Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.
    2. Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk   tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.
3. Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.
4. Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.
5. Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah
6. Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.
7. Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.
8. Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang   mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala
1 : 10 000 atau lebih besar.
9. Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.
10. Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari
                 1 : 100 000.
PETA BERDASARKAN SKALANYA:
  1. Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.
  2. Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.
  3. Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.
PETA TANPA SKALA KURANG ATAU BAHKAN TIDAK BERGUNA. SKALA PETA MENUNJUKKAN KETELITIAN DAN KELENGKAPAN INFORMASI YANG TERSAJI DALAM PETA.
PENULISAN SKALA PETA
SKALA PETA DAPAT DINYATAKAN DALAM BEBERAPA CARA :
  1.       ANGKA PERBANDINGAN
          MISAL 1: 1.000.000 MENYATAKAN 1 cm atau 1 inch DI PETA SAMA DENGAN 1.000.000 cm/  inch DIPERMUKAAN BUMI
     2.         PERBANDINGAN NILAI
                MISAL 1 CM UNTUK 10 km
     3.         SKALA BAR ATAU SKALA GARIS
                 
GARIS INI DITETAPKAN ATAU DIGAMBARKAN DALAM PETA DAN DIBAGI-BAGI DALAM INTERVAL YANG SAMA, SETIAP INTERVAL MENYATAKAN BESARAN PANJANG YANG TERTENTU. PADA UJUNG LAIN, BIASANYA SATU INTERVAL DIBAGI-BAGI LAGI MENJADI BAGIAN YANG LEBIH KECIL DENGAN TUJUAN AGAR PEMBACA PETA DAPAT MENGUKUR PANJANG DALAM PETA SECARA LEBIH TELITI.


PETA BERDASARKAN PENURUNAN DAN PENGGUNAAN
Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.
Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.
ARTI PENTING PETA (IUT) DALAM TEKNIK SIPIL (REKAYASA)
INFORMASI YANG TERDAPAT DALAM PETA:
  1. MERUPAKAN MINIATUR BENTANG ALAM DARI DAERAH YANG TERPETAKAN
  2. JARAK, ARAH, BEDA TINGGI DAN KEMIRINGAN DARI SATU TEMPAT KE TEMPAT LAINYA
  3. ARAH ALIRAN AIR PERMUKAAN DAN DAERAH TANGKAPAN HUJAN
  4. UNSUR-UNSUR ATAU OBYEK YANG TERGAMBAR DI LAPANGAN
  5. PERKIRAAN LUAS SUATU WILAYAH
  6. POSISI SUATU TEMPAT SECARA RELATIF
  7. JARINGAN JALAN DAN TINGKAT ATAU KELASNYA
  8. PENGGUNAAN LAHAN, DLL.
JENIS PENGUKURAN
PENGUKURAN UNTUK PEMBUATAN PETA BISA DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN CAKUPAN ELEMEN ALAM, TUJUAN, CARA ATAU ALAT DAN LUAS CAKUPAN PENGUKURAN.
Berdasarkan alam:
  Pengukuran daratan (land surveying): antara lain
pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk membuat peta kadaster.
  Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.
  Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit.
Berdasarkan tujuan:
·         Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.
·         Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey).
·         Pengukuran tambang (mining survey).
·         Pengukuran geologi (geological survey).
·         Pengukuran arkeologi (archeological survey).
Berdasarkan cara dan alat:
a. Pengukuran triangulasi,
b. Pengukuran trilaterasi,
c. Pengukuran polygon,
d. Pengukuran offset,
e. Pengukuran tachymetri,
f. Pengukuran meja lapangan,
g. Aerial survey,
h. Remote Sensing, dan
i. GPS.
    a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil.
Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran:
Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran
37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar.
Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung.
PENGUKURAN DAN PEMETAAN DALAM DAUR PEKERJAAN TEKNIK SIPIL
BANGUNAN-BANGUNAN TEKNIK SIPIL BUKANLAH SISTEM YANG MATI. JARINGAN JALAN MISALNYA, MERUPAKAN SISTEM YANG MEMPUNYAI DAUR HIDUP, YAITU MEMPUNYAI UMUR RENCANA DENGAN ANGGAPAN-ANGGAPAN TERTENTU, MISALNYA VOLUME LALU-LINTAS YANG SELALU BERUBAH DARI WAKTU KE WAKTU. URUTAN DAUR PENGEMBANGAN SEBETULNYA TIDAK HARUS BERUPA LANGKAH DESKRIT DARI AWAL TERUS SELESAI, TETAPI LEBIH MENYERUPAI PROSES YANG MELINGKAR DAN MUNGKIN MELONCAT.

PROSES PEMETAAN TERISTRIS
PEMETAAN TERISTRIS ADALAH PROSES PEMETAAN YANG PENGUKURANNYA LANGSUNG DILAKUKAN DIPERMUKAAN BUMI DENGAN PERALATAN TERTENTU.
WAHANA PEMETAAN TIDAK HANYA DAPAT DILAKUKAN SECARA TERISTRIS, NAMUN DAPAT PULA SECARA FOTOGRAMETIS (FOTO UDARA), RADARGRAMETRIS (BERBEDA PANJANG GELOMBANG DGN FOTOGRAMETRIS), VIDEOGRAFIS, TEKNOLOGI SATELIT DSB.
DASAR PEMILIHAN WAHANA
PEMILIHAN WAHANA TERSEBUT TERGANTUNG DARI :
  1. TUJUAN PEMETAAN
  2. TINGKAT KERINCIAAN OBYEK YANG HARUS DISAJIKAN
  3. CAKUPAN WILAYAH YANG DIPETAKAN

TEKNIK SUNGAI

Teknik sungai

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Selama ini, permasalahan tentang sungai belum dianggap hal yang penting. Keberadaan sungai masih dianggap sebagai sebuah kontor alam. Sungai hanya dianggap sebagai tempat air untuk mengalir menuju tempat yang rendah. Padahal sungai memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan lingkungan khususnya terhadap pengolahan air.
Sungai berperan mengaliri air dari satu tempat ketempat lain dan juga menjag pola air agar selalu tetap pada jalurnya. Dengan demikian, air tidak mengalir kesembarang tempat yang pada akhirnya bisa menyebabkan permasalahan bagi manusia dan mahkluk hidup lainnya.
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum walaupun sebenarnya seiring perkembangan jaman peran sungai mulai sedikit bergeser. Manusia mulai mampu menemukan teknologi yang mampu memberikan kemudahan bagi mereka untuk medapatkan air, sungai sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Dibeberapa daerah atau negara sungai menjadi salah satu bagian dari sarana transportasi yang membantu kegiatan manusia. Selain dari itu sungai juga banyak dimanfaatkan sebagia tenaga pembangkit listrik. Tentunya hanya beberpa  sungai yang bisa dimanfaatkan untuk ini, inipun ditinjau dari letak yang strategis dan memenuhi syarat untuk transportasi air atau pembangkit listrik, beberapa tinjauan tersebut antara lain morfologi sungai, hidrolika sungai, hidrologi sungai maupun karakteristik sungai.
Sungai juga merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
 selain keuntungan dan manfaat sungai yang tersebut di atas sungai juga mempunyai masalah dan justru bisa menimbulkan banyak masalah. Masalah sungai Antara lain pencemaran sungai, Erosi sungai, dan sedimentasi sungai. Masalah yang bisa ditimbulkan sungai antara lain Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigeTerjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi). Pendangkalan dasar perairanPunahnya biota air, misal ikan, yuyu, udang, dan serangga airMunculnya banjir akibat salura air tersumbat sampahMenjalarnya wabah muntaber dan masih banyak lagi.
Dikawasan perkotaan, kebutuhan tempat tinggal menjadi sebuah hal yang sulit didapatkan, selain karena harga tanah yang mahal, ketersediaan lahan juga menjadi hal tersendiri disisi lain manusia dituntut untuk memiliki tempat tinggal.
Plihan yang banyak dilakukan adalah mendirikan bangunan dikawasan bantaran sungai. Hal ini dilakukan juga karena kawasan tersebut bebas dari kewajiban untuk membeli serta dianggap mudah dalam proses pendirian bangunan.
Padahal, mendirikan bangunan di bantaran sungai memiliki resiko yang sangat besar. Selain menyebabkan aliran sungai menjadi sempit, juga akan menimbulkan ancaman ketika air sungai meluap. Dari sisi estetika, keberadaan hunian dibantaran sungai cendrung menyebabkan pandanga kurang enak, karena hunian di bantaran sungai identik dengan kekumuhan dan nuansa kurang sehat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka untuk membatasi permasalahan yang akan dibahas, disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa itu karakteristik sungai,  morfologi sungai, hidrolika sungai dan hidrologi sungai?
2.      Apa saja yang bisa menimbulkan masalah sungai?
3.      Bagaimana proses permasalahan sungai?
4.      Dampak dari masalah sungai?
5.      Bagaimana mengatasi masalah sungai?
C. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah salah satu persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Rekayasa Sungai dan melakuk studi mengenai Sungai dan Masalah sungai yang antara lain pembahasan dalam makalh ini :
1.      Untuk mengetahui dan mengenal lebih dekat tentang sungai mulai dari karakteristik sungai, morfologi sungai, hidrolika sungai hingga hidrologi sungai.
2.      Mengenal berbagi macam yg menimbulkan masalah sungai serta bagaimana mengatsi dan dampak dari masalah sungai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sungai
1Karakteristik Sungai
sungai didefenisikan antara lain :
·         Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh sempadan sungai (Sudaryoko,1986).Sungai adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi ketahanan hidup (Brierly, 2005).
·         Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No. 35 Tahun 1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
·      Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa, atau ke sungai yang lain(Hamzah, 2009).
Sungai dibedakana menurut jumlah airnya yaitu sebagai berikut :
  • Sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi dan Indragiri di Sumatera.
  • Sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
  • Sungai intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang mengalirkan airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba dan sungai Batanghari di Sumatera
  • Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Sungai menurut genetiknya dibedakan :
  • Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng.
  • Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
  • Sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen
  • Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
  • Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen
  • Sungai andesen yaitu sungai yang kekuatan erosi ke dalamnya mampu mengimbangi pengangkatan
Sungai berdasarkan sumber airnya :
  • Sungai hujan yaitu sungai yang berasal dari air hujan, sungai ini banyak dijumpai di Pulau jawa dan kawasan Nusa Tenggara
  • Sungai gletser yaitu sungai yang berasal dari melelehnya es, sungai ini banyak dijumpai di negara yang beriklim dingin seperti sungai gangga di India dan sungai phein di jerman
  • Sungai campuran yaitu sungai yang berasal dari air hujan dan lelehan es, dapat dijumpai di Papua contohnya Sungai Digul dan sungai Memberano.
2. Hidrolika Sungai
Jenis jenis aliran di Sungai :
  • Sungai adalah salah satu jenis saluran terbuka yang terbentuk secara alamiah oleh proses jutaan tahun.
  • Aliran-aliran yang terjadi di sungai, adalah aliran-aliran yang mengikuti kondisi atau kaidah-kaidah aliran saluran terbuka (open channel flow).
  • Aliran di sungai merupakan aliran saluran terbuka alami yang merupakan gambaran aliran riil di lapangan.
  • Beragam variabel yang akan mempengaruhi dalam kita menganalisis aliran di sungai, seperti geometri sungai, morfologi sungai, kekasaran saluran, dll.
Aliran adalah kondisi dimana berpindah tempatnya suatu fluida (zat cair dan gas) dari satu tempat ketempat lain akibat pengaruh gravitasi maupun pengaruh beda tekanan. Dalam aliran ini dimungkinkan terjadinya perubahan bentuk, volume maupun massa zat tersebut.Intinya, pada aliran terjadi pergerakan partikel-partikel fluida.
Aliran fluida dapat terbagi atas:
  1. Aliran akibat sifat-sifatnya, yaitu aliran akibat kekentalan (viskositas) dan angka Froude
  2. Aliran akibat parameter waktu dan tempat, yaitu aliran seragam (uniform) danaliran mantap (steady).
  3. Aliran berdasarkan wadah mengalirnya, yaitu aliran pipa dan aliran saluran terbuka.
  4. Aliran berdasarkan penyebab gerak, yaitu aliran bertekanan dan aliran gravitasi.
Aliran akibat kekentalan atau viskositas :
Aliran akibat kekentalan atau viskositas adalah aliran yang terjadi dengan melihat kekntalan aliran tersebut yang gambarkan melalui angka Reynols-nya.
  • Aliran Laminer, adalah aliran dengan angka Reynolds (Re) di bawah 500-2000. Biasanya dicirikan dengan lintasan partikel fluida yang mengalir lurus.
  • Aliran Turbulen, adalah alirandengan angka Reynolds (Re) berada di antara dengan angka Reynolds (Re) di atas 4000. Biasanya dicirikan dengan lintasan partikel fluida yang mulai terganggu.
  • Aliran Transisi, adalah aliran 2000-4000. Dicirikan dengan lintasan partikel fluida yang sangat terganggu/acak.

3. Morfologi Sungai
Morfologi sungai adalah ilmu yang mempelajari tentang:
  • Geometri (bentuk) sungai, dan
·         Perilaku sungai dengan segala aspek pembahasannya dalam dimensi ruang dan waktu
Morfologi sungai sangat menyangkut sifat dinamik sungai dan lingkungannya yang saling berkaitan. Sifat-sifat sungai ini sangat dipengaruhi oleh luas dan bentuk DAS serta kemiringan sungai. Secara umum dapat dikatan bahwa studi mengenai morfologi sungai adalah untuk mencoba menguraikan mengenai tipe-tipe raut muka (typical features) dari sungai-sungai tersebut.
Pembentukan raur muka (typical features) sungai ini, dibentuk oleh tiga dimensi yaitu:
·         Pengaruh waktu
·         Pergerakan air / aliran air yang membawa endapan (sediment) maupun puing-puing (debris atau ruins)
·         Pengaruh fenomena alam (banjir, longsoran, letusan gunung api, gempa dll)
Bentuk sungai, akibat aliran yang terjadi, terbagi atas alur:
·         Sungai lurus
·         Sungai berkelok (meander)
·         Sungai terburai (braided)
·         Sungai berpotongan (anastomosing)
                 Bentuk dasar sungai, akibat topografi DAS-nya, terbagi atas:
·         Sungai curam (steep)
·         Sungai landai (mild)
·         Sungai datar (flat)
4. Hidrologi Sungai
Beberapa pengertian pengertia tentang Hidrologi :
·         Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah air
·         Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tentang seluk beluk proses kejadian, distribusi dan besaran air, serta interaksi dan pengaruhnya terhadap kehidupan dan lingkungan (Chow.V.T, 1964).
·          Hidrologi Teknik,  adalah mencakup pada bagian ilmu hidrologi itu sendiri dalam penerapannya untuk perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan proyek-proyek teknik bagi pengaturan dan pemanfaatan air bagi kebutuhan manusia
                              Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang berlangsung secara terus menerus mengenai keberadaan air yang ada di muka bumi, namun mekanisme yang terjadi didalamnya tidak berlangsung secara terus menerus, karena proses didalamnya tergantung pada kondisi suatu geografi suatu wilayah dan waktu.
Proses-proses siklus hidrologi  (siklus kecil) adalah:
  1. Evaporasi, yaitu penguapan air permukaan (di laut, danau atau sungai) dan Transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuhan.
  2. Kondensasi (perubahan / penumpukan awan)
  3. Presipitasi (hujan)
Proses-proses siklus hidrologi  (siklus besar) adalah:
  1. Evaporasi, yaitu penguapan air permukaan (di laut, danau atau sungai) dan Transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuhan.
  2. Kondensasi (perubahan / penumpukan awan)
  3. Presipitasi (hujan)
  4. Limpasan permukaan (surface run off)
  5. Infiltrasi
  6. Perkolasi
  7. Aliran air tanah (ground water flow)




B. MASALAH SUNGAI
1. Pencemaran Sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia.
Dampak pencemaran sungai
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

2.  Erosi
Erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding-dinding lembah.Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah. Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
3.  pendangkalan atau sedimentasi
Secara umum, pendangkalan sungai dapat terjadi karena adanya pengendapan partikel padatan yang terbawa oleh arus sungai, seperti di kelokan sungai (meander), waduk atau dam, ataupun muara sungai. Partikel ini bisa berupa padatan besar, seperti sampah, ranting, dan lainnya. Namun, sumber utama partikel ini biasanya berupa partikel tanah sebagai akibat dari erosi yang berlebihan di daerah hulu sungai. Air hujan akan membawa dan menggerus tanah subur di permukaan dan melarutkannya yang kemudian akan terbawa ke sungai. Proses transportasi partikel semacam ini disebut sebagai suspensi. Hasil partikel yang terbawa ini biasanya akan berupa lumpur tanah dan kemudian tersedimentasi di dasar sungai.


TRIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI INI...






Daftara pustaka
frengkiasharia.files.wordpress.com
kutukikuk.blogspot.com...permasalahan-sungai.html‎
Bimbie.com.htm/ilmu pengetahuan/geografi/sungai
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
Tanjung Panduwijayan  Definisi, Permasalahan dan Karakteristik Sungai di Indonesia.htm